Pengamen = Penodong

Sempat merasakan kesal jika sudah mendengarkan pengamen di dalam bus kota, mengganggu suasana bus yang sudah tidak karuan. Tidak masalah jika mengamen dengan baik-baik dalam konteks tidak meresahkan penumpang, tapi yang pernah saya alami adalah pengamen itu seakan menodong saya ditambah lagi sikap yang kurang ajar kepada saya, bisa kalian bayangkan pipi saya dicolek ini membuat saya gusar saja. Kalau dengan cara seperti ini bagaimana mereka bisa mendapatkan simpatik, ada juga orang enggan untuk memberikan uang.

Sangat disayangkan hal ini bisa terjadi, seharusnya ada tindakan yang bisa memberikan efek jera kepada mereka. Berawal dari mengamen biasa, menodong kecil-kecilan dan lama-lama bisa jadi tindakan asusila di fasilitas umum. Saya rasa sudah banyak masyarakat yang melapor tentang situasi ini, ketidaknyamana bila menggunakan fasilitas umum tapi baru beberapa tindakan saja yang pemerintah lakukan, contohnya gerbong khusus wanita, itu cukup efektif untuk mencegah perbuatan asusila terhadapa wanita.

Lantas bagiamana dengan aksi penodongan secara terselubung dengan alih-alih mengamen? Adakah cara untuk bisa menghentikan tindakan jahat tersebut ?

Mengerti sekali jika alasan mereka mengamen karena karena faktor ekonomi yang mendesak tapi alangkah baiknya jika mereka mengamen secara normalnya saja tidak perlu ada unsur paksaan, toh kita juga punya belas kasihan kan.

Miris rasanya jika banyak anak muda sekarang yang tidak termotivasi untuk bisa hidup lebih baik, berusaha  mendapatkan pekerjaan yang lebih mapan daripada hanya sekedar mengamen, apalagi anak-anak kecil yang masih dibawah umur sudah bisa ngamen di bus kota, jalan-jalan besar padahal disana bukanlah tempat untuk mereka.

Harusnya pemerintah buka mata lebar-lebar tentang fakta bahwa negara kita ini banyak pengangguran, ekonomi lemah bukan sibuk dengan urusan masing-masing. Masih banyak yang harus diperhatikan, merasakan derita mereka yang harus mengamen walau kadang memaksa

 

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Macet Oh Macet

Jakarta, sebuah kota yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, memiliki kepadatan penduduk yang luar biasa mebuat kota ini sibuk setiap harinya. Kita selalu merasakan kejengkelan bila sudah berada disaat Prime Time alias before/after office hour, kemacetan hampir terjadi di jalan-jalan utama, setiap perempatan lampu merah yang setiap hari dijejali oleh motor yang makin semrawut, angkot/bus yang semakin tak punya etika dan mobil-mobil pribadi bertambah banyak.

Padahal kemacetan ini sudah menjadi fenomena yang biasa setiap harinya, tapi mengapa tidak ada solusi yang tepat dalam menangani kemacetan. Apa ada yang salah pada sistem lalu lintasnya atau dari aparat lalu lintasnya kah atau bahkan dari kami manusianya?

Bayangkan saja dari bekasi – Cilandak normalnya hanya butuh 35 menit lewat toll cikunir langsung tapi kalau sudah macet bisa butuh waktu  2 jam, sungguh menyebalkan bukan. Tidak hanya buang-buang waktu tapi juga buang tenaga menunggu dalam kemacetan yang membosankan.

Apalagi kalau setelah hujan reda, kemacetan hampir terjadi dimana saja, ada sebuah guyonan ” Habis Hujan Terbitlah Macet “, itu benar adanya.

Selalu mengeluh pada kemacetan saat itu pula selalu mengeluh minimnya tindakan Ditlantas.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Abrasi di Pulau Ku

Menyedihkan saat melihat pulau-pulau yang ada di sekitar Jakarta mulai terkena abrasi termasuk jakarta, saat dulu aku dapat kunjungan ke beberapa pulau seribu yaitu Onrust & Bidadari di pinggir pulau itu sudah rata dengan laut menjadi hal yang memprihatinkan.

Pulau onrust yang identik dengan pulau bersejarahnya yaitu pulau yang selalu sibuk di zamannya karena pulau ini tempat galangan kapal dagang yang transit dan setelahnya menjadi asrama haji yang dulu masih menggunakan kapal ke Arab. Sedangkan pulau yang menawan yaitu Bidadari adalah pulau sebagai pertahanan karena terdapat benteng “Martello” sebagai tempat persembunyian kala itu. Namun saat ini pulau-pulau tersebut harus bersedih karena sebagian pulaunya sudah tergerus oleh air laut.

Tidak adanya penahan ombak di pinggir pulau itu menjadi alasan terjadinya abrasi, padahal sangat mudah untuk mencegah abrasi itu yaitu “Membudidayakan Mangrove” karena akar-akar mangrove itu dapat menahan ombak di pinggir pantai.

Seharusnya pemerintah harus lebih gencar lagi dalam penanggulangan masalah ini, menanam mangrove di tepi laut atau pantai adalah salah satu cara yang bisa dilakukan dan informasikan kepada masyarakat luas.Tapi apa yang aku tahu sekarang, pemerintah seakan acuh, tidak peduli terhadap ancaman abrasi yang terjadi. Mereka lebih sibuk untuk mengurusi masalah rekomendasi politik dan ekonomi daripada lingkungan, padahal sangat jelas bahwa jika hal ini tidak dicegah secepatnya maka akan  merugikan orang banyak di masa mendatang dan kurangnya kerja sama dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah salah satu faktor kenapa hingga saat ini belum adanya program kerja pencegahan abrasi.

Mebayangkan pulau-pulau ini harus tenggelam kedasar laut, tragis!!

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Posted in Uncategorized | 1 Comment